Tentang Kami

Memberikan informasi dan pengetahuan untuk pengunjung BLOG

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, August 11, 2016

STRATEGI PERJUANGAN PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN TAHUN 1945 - 1949

A. Pengantar

Dalam Sejarah Nasional Indonesia (SNI), ada satu babakan waktu yang disebut sebagai periode Perang Kemerdekaan atau Revolusi Kemerdekaan. Periode yang dimaksud,  di mana di dalamnya terdapat berbagai peristiwa penting yang terjadi pada interval waktu tahun 1945-1949.
    
Pada periode Perang Kemerdekaan (PK) atau Revolusi Kemerdekaan (RK) pemerintah bersama rakyat bahu membahu berjuang mempertahankan kemerdekaan yang akan direbut kembali oleh Belanda dengan bantuan sekutu-sekutunya.
    
Pemerintah dalam mempertahankan kemerdekaan tahun 1945-1949 menggunakan dua strategi perjuangan, yaitu strategi perjuangan melalui kekuatan fisik (tempur), dan strategi perjuangan melalui diplomasi (perundingan).
    
Kedua strategi perjuangan tersebut dalam pelaksanaannya, terkadang ada dalam dinamika yang menunjukkan soliditas, tetapi terkadang ada dalam ketidakterpaduan, bahkan ada sentimen saling mencurigai diantara keduanya.
    
Sejarah Perang Kemerdekaan (SPK), kendati tempo waktunya relativ pendek, namun periode tersebut merupakan periode yang sangat menentukan untuk mempertahankan kemerdekaan. Ketika itu, saking heroiknya sehingga lahir jargon perjuangan yang selalu dikumandangkan "merdeka atau mati".  Kata-kata tersebut terucap sebagai suatu komitmen, janji suci dari para pejuang dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.

B. Perjuangan Fisik
    
Perjuangan fisik yang dimaksudkan di sini yaitu suatu strategi perjuangan yang dikelola dan dimotori oleh tentara dengan melibatkan tenaga bantuan secara sukarela dari rakyat. Bersatunya tentara bersama rakyat dalam membangun kekuatan  ini merupakan suatu  tindakan yang sangat tepat dan teruji kehandalannya di medan tempur.
    
Perjuangan fisik  terselenggara mendahului dari perjuangan diplomasi. Hal ini terjadi tidak bisa ditawar-tawar lagi, karena ketika proklamasi dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945, kekuatan bersenjata pasukan Jepang dinyatakan masih utuh. Dan ketika itu, pasukan Jepang yang sudah kalah dalam pertempuran, kemudian mendapat tekanan dari  Sekutu, agar tentara Jepang mempertahankan status quo. Dengan adanya tekanan tersebut, mengakibatkan pasukan Jepang harus bertempur  melawan tentara dan rakyat pejuang yang berusaha untuk melucuti senjata pasukan Jepang.
    
Upaya mempertahankan kemerdekaan semakin hari semakin berat lagi, hal ini terutama setelah mendaratnya pasukan Sekutu pada pertengahan bulan September 1945. Ini suatu kenyataan historis yang harus dihadapi oleh pemerintah Indonesia yang baru berumur kurang lebih satu bulan.
    
Perlawanan tentara yang dibantu rakyat dalam menghadapi setidaknya tiga kekuatan pasukan asing (Jepang, Belanda dan Sekutu) diawal tahun kemerdekaan, telah menimbulkan peperangan yang sangat dahsyat, dan menelan banyak korban dari kedua belah pihak. Dalam sejarah,  pertempuran tersebut biasa dikonsepsikan dengan sebutan  "pertempuran awal" antara tentara bersama rakyat Indonesia  melawan tentara Jepang, Belanda, dan Sekutu.
    
Berbagai kejadian yang terkategorikan "pertempuran awal" diantaranya pertempuran: Medan Area, Puputan Margarana, Bandung Lautan Api, Tiga Hari Tiga Malam di Semarang, Bojongkokosan di Sukabumi, Surabaya, Bandung Selatan, dan lain-lain.
    
Di sini kiranya perlu disoroti mengenai keterlibatan rakyat bersama-sama tentara dalam pertempuran. Derajat partisipasi rakyat dalam pertempuran ini tidak harus selalu diartikan memanggul senjata. Namun keterlibatan rakyat dalam perjuangan ini lebih disesuaikan dengan situasi dan kemampuan rakyat saat itu. Orang kaya berpartisipasi dalam pertempuran bisa dengan cara menyumbangkan sebagian harta kekayaannya untuk membantu kelancaran perjuangan. Ibu-ibu berpartisipasi dengan cara menjadi juru masak di dapur umum. Para kiai di samping ikut bertempur di medan pertempuran, mereka juga memimpin doa di mesjid, surau atau di mana saja untuk kemenangan dan keselamatan para pejuang dalam pertempuran.
    
Partisipasi rakyat dalam pertempuran yang sepenuhnya berada di bawah komando tentara, keduanya berbaur  untuk saling mengisi dan melengkapi. Keduanya memiliki komitmen yang sama, yaitu berjuang mempertahankan kemerdekaan. Bersatunya tentara dengan rakyat dalam usaha mempertahankan kemerdekaan, dikemudian hari telah melahirkan semboyan, bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) lahir dari kancah revolusi, yaitu lahir dari rakyat dan untuk rakyat. Dan selanjutnya, lahirnya konsepsi Dwi Fungsi ABRI pada masa Orde Baru, landasan historisnya berdasar kepada terpadunya perjuangan antara tentara dengan rakyat pada masa revolusi 1945-1949.

C. Perjuangan Diplomasi
    
Ada pendapat yang mengatakan, bahwa ujung dari perjuangan fisik adalah diplomasi (perundingan), dan ujung dari diplomasi adalah terjadinya pelanggaran oleh pihak musuh terhadap hasil perundingan. Artinya begini, ketika para pejuang Indonesia melakukan perlawanan terhadap tentara musuh, yaitu pasukan Belanda dan sekutunya, dan ketika pasukan musuh merasa kewalahan menghadapinya, maka pihak musuh selanjutnya mengajak untuk menyelesaikan permasalahan di meja perundingan. Ini hanyalah akal-akalan belaka dari pihak musuh untuk mengelabui pemerintah dan para pejuang Indonesia. Sebab, ketika para diplomat dari pihak-pihak yang sedang bertikai mencari solusi di meja perundingan, sementara itu, pasukan musuh punya kesempatan mengatur strategi baru untuk melakukan gempuran selanjutnya. Itu diantaranya, strategi yang sering kali digunakan pihak Belanda dalam menghadapi para pejuang Indonesia pada masa Perang Kemerdekaan 1945-1949.
    
Sesungguhnya, para pejuang yang berjuang di medan tempur tidak setuju menempuh perjuangan diplomatik. Hanya keinginannya tidak direspon oleh pemerintah, dengan alasan untuk menghindari banyaknya korban berjatuhan. Di samping itu, pemerintah saat itu sedang gencar-gencarnya menarik simpati negara-negara luar untuk memberikan pengakuan terhadap  kemerdekaan Indonesia yang baru lahir.
    
Perjuangan diplomatik yang ditempuh pemerintah semasa Revolusi Kemerdekaan, diantaranya adalah perundingan Linggajati, Renvile, Roem van Roijen, dan Konferensi Meja Bundar (KMB). Dan sebelum perundingan Linggajati ada perundingan-perundingan awal yang mendahuluinya.
    
Perjuangan diplomasi mempunyai arti penting dalam upaya pemerintah mempertahankan kedaulatan negara dari rongrongan pihak musuh,  kendati dalam pelaksanaannya dan hasilnya terkadang sangat merugikan pihak pemerintah. Seperti misalnya, hasil perundingan Linggajati dan Renville kita harus kehilangan beberapa daerah terutama di luar pulau Jawa.
    
Diberlakukannya dua strategi dalam usaha mempertahankan kemerdekaan pada masa Revolusi Kemerdekaan, perlu kita apresiasi secara bijak. Kedua strategi itu dalam pelaksanaannya  berlangsung sangat sinergis, artinya keduanya bekerja saling melengkapi. Tapi terkadang sering kali terjadi saling mencurigai dan terkadang pula tumbuh persaingan tidak sehat diantara keduanya. Tan Malaka diantaranya salah seorang tokoh pejuang dijalur partai yang tidak menghendaki perjuangan jalur diplomasi.
   
D. Simpulan
    
Berdasar kepada uraian tersebut di atas, dapat dibuat kesimpulan, bahwa kedua strategi perjuangan yang dipakai dalam usaha mempertahankan kemerdekaan, keduanya telah memberikan kontribusi cukup besar untuk keberlangsungan negeri ini. Keduanya berjuang saling mengisi dan melengkapi. Dan keduanyapun telah menyumbangkan yang terbaik untuk negeri ini.

PENGANTAR ILMU SEJARAH

(chapter 1)
ASAL KATA SEJARAH

Jauh sebelum pengertian sejarah sebagai suatu disiplin ilmu berkembang di Indonesia, sesungguhnya kata sejarah sebagai suatu konsep sudah dikenal oleh banyak orang di Nusantara Indonesia. Hanya saja, pemahaman masyarakat Nusantara terhadap pengertian sejarah dimasa lalu lebih dibumbui dengan gambaran yang "religio magis", atau irasional yang tekanan penulisannya pada asal usul yang diwarnai oleh unsur magis religius. Maka dari itu, sifat keilmuan dari sejarah di Indonesia pada awalnya sering terdesak oleh sifat mitis/magis tersebut. Berbeda dengan di Barat yang sejak kelahirannya sejarah itu sudah menunjukkan sifat keilmuan. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dibagian selanjutnya.

Secara historis, kata sejarah yang sekarang ini dikenal orang di Indonesia, ternyata asal usulnya berasal dari bahasa Arab yaitu "syajaratun" yang  artinya "pohon" bisa juga "asal usul", dan bisa juga " keturunan". Dan kemudian, lambat tapi pasti, kata syajaratun ini berkembang dalam bahasa Melayu menjadi kata "syajarah" dan akhirnya menjadi kata "sejarah" dalam bahasa Indonesia. Jadi kronologinya begini, kata  syajaratun (bhs Arab), luluh ke dalam pengucapan bahasa Melayu menjadi syajarah, dan kemudian luluh ke dalam pengucapan bahasa Indonesia menjadi sejarah.

Ada  pendapat yang menyatakan, bahwa orang Arab non-muslim  jauh sebelum Islam lahir sudah ada yang melakukan aktivitas perdagangan di wilayah perairan Nusantara. Jadi, tidak tertutup kemungkinan, kalau kata syajaratun sejak saat tersebut sudah masuk dibawa oleh para pedagang Arab non-muslim ke Nusantara. Kemungkinan kedua, kata syajaratun semakin sering diucapkan terutama sejak awal masuknya Islam di Nusantara abad ke-7 Masehi atau abad ke-13 Masehi. Bagaimanapun, para sejarawan sampai saat ini belum punya kepastian mengenai sejak kapan kata syajaratun mula pertama masuk di Nusantara Indonesia. Yang jelas, kata syajaratun masuk ke Nusantara sangat dimungkinkan dibawa dan disebarkan oleh para pedagang yang terkonsentrasi di daerah pesisir pantai.

Kembali kepembahasan mengenai kata syajaratun yang artinya pohon. Kata pohon di sini bukan dalam arti pengertian pohon yang sebenarnya. Tapi di sini lebih merujuk kepada  pengertian pohon yang posturnya menyerupai "silsilah" dari suatu keturunan. Perhatikan secara teliti, kalau postur pohon itu ada kemiripan dengan bagan silsilah suatu keluarga. Dibagian atas, pohon dipenuhi dengan dahan dan ranting, sedangkan bagian bawah dilengkapi dengan serba akar, sehingga secara keseluruhan menyerupai suatu bagan silsilah suatu keturunan.

Di Barat atau di Eropa, kata yang paling umum untuk sejarah  seperti dalam bahasa Inggris adalah history. Kata histori berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu istoria, yang artinya adalah belajar dengan cara bertanya-tanya. Kalau pengertian tersebut diperluas lagi,  pengertian tersebut hakekatnya sudah mengacu pada pengertian ilmu, karena di dalam pengertian tersebut sudah ada usaha untuk menjawab teka-teki alam. Dalam kaitan dengan pengertian istoria tersebut, Aristoteles menekankan pada pertelaan sistematis mengenai seperangkat gejala alam.

Sedangkan Gottschalk menjelaskan, bahwa pada pengertian istoria pada awalnya  belum kelihatan adanya usaha membatasi pengertian itu pada gejala yang menyangkut kehidupan manusia saja, tapi menyangkut gejala alam secara keseluruhan.

Dalam perkembangan kemudianlah, baru kelihatan munculnya (di Barat) dua istilah yaitu, (1) "scientia" yang lebih mengkhusus pada pertelaan sistematis yang sifatnya non-kronologis atas gejala alam. (2) "istoria" yang lebih dikhususkan bagi pertelaan kronologis atas gejala-gejala yang menyangkut peristiwa kehidupan.

Berdasar kepada uraian di atas sangat terasa bahwa terdapat perbedaan pengertian asal kata dari sejarah (di Indonesia) disatu pihak dan history (di Barat). Perbedaan pengertian ini menunjukkan adanya perbedaan watak/isi dari tradisi kesejarahan di Indonesia dan di negeri Barat.
    
Sebagai ilustrasi dari perbedaan pengertian tersebut di atas perhatikan uraian berikut ini. Pada istilah sejarah (yang tradisional/di Indonesia) dalam isi uraian sejarah terkandung usaha mengabadikan, menjunjung kebesaran para penguasa atau tokoh-tokoh,  yang diuraikan secara magis religius. Sedangkan pada istilah history (di Barat), tekanan pengertian diletakkan pada usaha/keinginan untuk mengetahui apa yang telah terjadi sebelum kehidupan kita, atau keinginan untuk mengetahui perjalanan waktu. Dalam hubungan tersebut, dapat dipahami, di Barat pengertian history dari semula sudah menunjuk pada unsur-unsur keilmuan, sedangkan di Indonesia, tekanan penulisan sejarah pada mulanya lebih pada asal usul yang diwarnai oleh unsur magis religius, maka sifat keilmuannya sering tersisihkan oleh unsur-unsur yang irasional.
    
Di dunia Barat, sejarah (history) merupakan salah satu disiplin ilmu tertua dan juga sangat populer keberadaannya di masyarakat. Sedang di Indonesia, gsejarah dalam pengertian modern, yang sama pengertiannya dengan history, termasuk disiplin ilmu yang usianya relatife muda dan kurang populer. Ketidakpopuleran sejarah di Indonesia, sangat dimungkinkan karena sejak awal kelahiran sejarah di Indonesia sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang irasional sebagai warna zaman saat itu.


nara sumber: Iyus Jayusman, Drs., M.Pd

Friday, August 5, 2016

SEJARAH DAN PEWARISAN NILAI

A. Pengantar

Sering kali para politisi, negarawan dan yang lainnya  merujuk kepada sejarah terutama ketika  mereka sedang memberikan himbauan kepada rakyatnya. Dalam himbauannya  itu mereka  mengatakan: "banyak-banyaklah belajar dari sejarah, karena sejarah merupakan pengalaman kolektif umat manusia yang di dalamnya menyimpan potensi nilai-nilai kehidupan yang perlu kita warisi, karena sangat berguna untuk pembentukan karakter bangsa".

Apa yang  mereka ucapkan memang tak terbantahkan, karena sejarah itu memang demikian, yaitu memiliki nilai-nilai yang sangat penting untuk kehidupan. Hanya saja sekarang ini, sepertinya belajar dari sejarah itu sudah kehilangan daya semangatnya, dan dalam tahapan pengaplikasiannya, dirasa sudah sangat sulit,  karena manusia modern pikirannya sudah materialistik.

Sekarang ini, jangankan sejarah, agama sekalipun sepertinya sudah kehilangan kesakralannya, karena sudah semakin terdegradasi oleh kemajuan science dan teknologi. Mudah-mudahan ini suatu pendapat yang salah dan rasa-rasanya perlu menjadi pemikiran bersama.

B. Apa itu Sejarah

Sejarah adalah aktifitas manusia yang terjadi  dimasa lampau yang meninggalkan bukti-bukti dan jejak-jejak. Berdasar kepada bukti-bukti dan jejak-jejak itulah, kita pada masa kini bisa merekonstruksi berbagai kejadian dan sekaligus mengkisahkannya. Tentu saja, dalam kita menemukan bukti dan jejak itu harus melalui proses langkah-langkah metode penelitian sejarah, yang tahapannya sebagai berikut:

1. Heuristik, adalah kegiatan mencari sumber kejadian.
2. Kritik sumber, adalah kegiatan pengkritikan terhadap sumber-sumber untuk mengetahui otentisitas dan kredibilitas dari sumber.
3. Interpretasi, adalah proses penafsiran terhadap sumber-sumber yang sudah teruji keberadaannya.
4. Historiografi, adalah proses penulisan kisah sejarah.

Untuk memudahkan pemahaman terhadap sejarah, maka para akhli teori sejarah membuat klasifikasi sejarah sebagai berikut:

1. Sejarah sebagai peristiwa, bersifat objektif.
2. Sejarah sebagai kisah, bersifat subjektif.
3. Sejarah sebagai ilmu, bersifat ilmiah.

Memperhatikan paparan singkat tersebut di atas, sudah cukup jelas bahwa sejarah itu adalah sebagai suatu seni dan juga sebagai ilmu. Landasan dari penyimpulan tersebut, terutama bila memperhatikan langkah-langkah metode sejarah tersebut di atas. Langkah satu dan dua dari metode sejarah bersifat ilmiah dan sebagai ilmu. Sedangkan langkah tiga dan empat dari metode sejarah lebih bersifat seni, artinya seni menafsirkan, mengkisahkan, dan menuliskan.

C. Sejarah dan Pewarisan Nilai

Bila dicermati dengan baik, bahwa setiap kejadian sejarah di dalamnya sudah dapat dipastikan memiliki makna kandungan nilai-nilai yang perlu kita warisi. Sebagai ilustrasi, kita ambil peristiwa yang terjadi pada masa Pergerakan Nasional (PN) yang terjadi pada interval waktu 1908-1945.

Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa PN tujuannya sama, yaitu usaha untuk menciptakan persatuan dari segenap komponen perjuangan, guna mengusir musuh bersama yaitu kolonialisme. Sudah barang tentu, dalam berbagai peristiwa yang terjadi saat itu, di jiwa bangsa tumbuh semangat nasionalisme, heroisme, dan sebagainya. Semuanya dilakukan untuk meraih kemerdekaan, untuk membangun masa depan generasi bangsa yang lebih baik. Dalam arti berpemerintahan oleh bangsa sendiri untuk tercipta kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.

Dan perlu pula dicermati, berbagai kejadian yang terjadi pada masa PN, menunjukkan daya kontinuitas yang dinamis dan tak terpatahkan. Sebagai contoh, tahun 1908 lahir organisasi Budi Utomo (BU), berfungsi sebagai peletak dasar lahirnya kesadaran dan kebangkitan nasional. Dua puluh tahun setelah kelahiran BU, yaitu  tahun 1928 lahir Sumpah Pemuda (SP), yang kelahirannya berfungsi sebagai daya dukung untuk memperkuat rasa kesatuan yang sudah dibangun landasannya oleh BU. Jadi antara BU dengan SP terdapat hubungan kesinambungan historis yang memiliki arah tujuan yang sama. Tujuh belas (17) tahun kemudian  setelah lahirnya SP, tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dan oleh para akhli teori sejrah, peristiwa tersebut disebut sebagai titik puncak perjuangan bangsa. Mengapa dikatakan sebagai titik puncak?. Karena pada masa sebelumnya didahului dengan rangkaian kejadian lahirnya BU, dan SP dengan segala dimensi yang terkait dengannya.

Mencermati uraian di atas, kiranya dapat ditarik suatu kesimpulan, yang kurang lebih begini: dalam interval waktu PN 1908-1945 setidaknya terdapat tiga tonggak sejarah yang sangat penting untuk kita hayati dan warisi nilai-nilainya, yaitu tonggak sejarah pertama tahun 1908 lahirnya BU; tonggak sejarah  kedua tahun1928 lahirnya SP; dan tonggak sejarah ketiga tahun 1945 ditandai dengan dicetuskannya Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

D. Simpulan

Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam setiap peristiwa sejarah terdapat nilai-nilai penting yang bisa kita warisi untuk kepentingan pembentukan karakter bangsa.
2. Pada masa Pergerakan Nasional 1908-1945, lahir berbagai peristiwa penting yang melahirkan tiga tonggak sejarah perjuangan bangsa. Dan di dalam ketiga tonggak sejarah tersebut tersimpan potensi nilai-nilai kejuangan yang perlu kita warisi untuk dipetakan dalam kondisi kekinian.

KIAT MUDAH MENENTUKAN TOPIK MASALAH UNTUK PENULISAN KARYA ILMIAH

A. Kiat Memilih Topik

Kesulitan yang sering dialami mahasiswa tingkat akhir diantaranya menentukan topik masalah untuk dijadikan pembahasan dalam penulisan skripsi. Sudah mencari kesana kemari, tapi tak kunjung menemukannya. Dan akhirnya mengalami keterbengkalaian.

Khusus untuk mahasiswa yang konsentrasi jurusannya di bidang ilmu sosial, kiat mudah untuk menemukan topik masalah, diantaranya harus banyak membaca dan membaca untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman. Jika memungkinkan, apa yang sudah anda baca dari berbagai literatur, bawalah ke forum diskusi kecil bersama-sama teman.

Jika wawasan baca anda sudah sedemikian luasnya, kesulitan untuk menentukan topik masalah penelitian dapat diminimalisir. Bahkan yang akan anda rasakan, malah akan menjadi bingung saking banyaknya pilihan topik dan mana yang harus difinalisasi untuk diteliti. Jika kebingungan itu muncul dan sulit untuk menentukan, bisa anda konsultasikan dengan dosen yang sekiranya dapat diajak bicara sekitar topik masalah. Atau bisa juga minta pandangan dari rekan seangkatan, atau kepada kakak angkatan yang sudah menyelesaikan studi.

Dalam menentukan topik masalah yang akan diteliti, perlu dipertimbangkan aspek-aspek berikut ini:

1. Topik masalah belum diteliti oleh pihak lain
Untuk yang satu ini, kita tidak perlu kaku. Misalnya, apabila suatu topik sudah diteliti pihak lain, kita bisa mengambil aspek lain dari topik yang sama. Contoh, topik masalah sekitar Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 sudah banyak diteliti orang lain. Namun sekitar revolusi kemerdekaan terjadi dipengaruhi oleh dimensi dan aspek yang satu sama lain berbeda. Kalau orang lain sudah meneliti dimensi atau aspek politiknya, maka anda bisa memilih untuk meneliti dimensi atau aspek sekitar perubahan ekonomi, sosial, psikologi, budaya, pendidikan, atau yang lainnya.

2. Topik Masalah harus ada dalam Jangkauan   Kemampuan Pengetahuan
Anda jangan coba-coba mengambil topik masalah yang ada diluar jangkauan kemampuan pengetahuan. Topik masalah yang akan diteliti harus disesuaikan dengan skala pengetahuan yang anda kuasai.

3. Topik Masalah harus ada dalam Jangkauan Jarak
Andaikan anda melakukan penelitian lapangan, usahakan medan atau wilayah yang akan diteliti jaraknya ada dalam jangkauan kemampuan. Baik itu kemampuan tenaga, wawasan, pengetahuan, dan juga pembiayaan.

B. Cara Membuat Judul

Judul penelitian dibuat atau dirumuskan berdasar kepada topik masalah yang sudah anda tentukan.

     Contoh 1:

Topik masalah:
Revolusi Kemerdekaan 1945-1949.
Judul:
1. Peranan Politik Diplomasi dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia 1945-1949.
2. Peranan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam mempertahan Kemerdekaan Indonesia dari Gempuran Pihak Belanda 1945-1949.
3. Kpehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Jawa Barat pada Masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1949.
4. PPerubahan Kehidupan Sosial Masyarakat Jakarta pada masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1949.
5. Pengaruh Revolusi Kemerdekaan TERHADAP  Menurunnya Kemampuan Ekonomi Masyarakat Tasikmalaya Tahun 1945-1949.

     Contoh 2:

Topik masalah:
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Judul:
1. Peranan Pemuda DALAM Pelaksanaan Kongres Pemuda 28 Oktober 1928.
2. Pengaruh Sumpah Pemuda TERHADAP Tumbuhnya Kesadaran Para Pemuda dalam Membangkitkan Nasionalis Tahun 1928-1930.
3. Sumpah Pemuda sebagai Tonggak Sejarah Kesadaran Nasional Tahap II setelah Lahirnya Budi Utomo 1908-1928.

C. Cara Merumuskan Masalah

Masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Yang dipertanyakan dalam rumusan masalah adalah mempertanyakan masalah atau variabel yang tertera di judul. Variabel yang tercantum dijudul, pada dasarnya mengandung permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian.

Contoh merumuskan masalah:

Judul penelitian:
Latar Belakang Terjadinya Pertempuran Surabaya 5 Oktober 1945.

Contoh Rumusan Masalahnya:
1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya Pertempuran Surabaya 5 Oktober 1945?
2. Bagaimana proses pelaksanaan pertempuran Surabaya pada 5 Oktober 1945?

Judul Penelitian:
Peranan Pemuda Jakarta dalam  Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia  Agustus 1945.

Contoh Rumusan Masalahnya:
1. Bagaimana situasi politik para pemuda Jakarta menjelang proklamasi kemerdekaan?
2. Bagaimana peranan pemuda Jakarta dalam pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia Agustus 1945?

Judul Penelitian:
Respon Masyarakat Pedesaan Jawa Barat terhadap Pelaksanaan Pemilu Pertama Tahun 1955.

Contoh Rumusan Masalah:
1. Bagaimana pemahaman politik masyarakat pedesaan Jawa Barat menjelang Pemilu Pertama tahun 1955?
2. Bagaimana respon masyarakat pedesaan Jawa Barat terhadap pelaksanaan Pemilu Pertama tahun 1955?

Inilah beberapa cara untuk menentukan topik masalah pada penulisan karya ilmiah. Bagi yang mau dengan artikel ini bisa download disini

Wednesday, August 3, 2016

SEJARAH INDONESIA PADA PERIODE BULAN OKTOBER 1945

Beberapa Kejadian Penting Sepanjang bulan Oktober 1945

Setelah memposting kejadian penting pada bulan Agustus dan September 1945, sekarang melanjutkan pada bulan Oktober. Dan untuk penjelasan setiap kejadian pada tanggal penting di bulan Oktober, adalah sebagai berikut :

Tanggal, 1 Oktober 1945 terdapat kejadian:
Berdirinya Partai Rakyat Jelata di Jakarta, dengan ketua Abdur Rachman.

Tanggal, 4 Oktober 1945 terjadi kejadian:
Tentara Belanda mendarat di Tanjung Priok.

Tanggal, 5 Oktober 1945 terjadi kejadian:
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk dan diresmikan. Mayor Jendral Oerip Sumohardjo diangkat oleh pemerintah sebagai Kepala Staf Umum TKR.
Jendral Christison Panglima Tentara Serikat mengakui de facto Republik Indonesia.

Tanggal, 12 Oktober 1945 terdapat kejadian:
Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) dibentuk, di bawh komando Bung Tomo (Sutomo).

Tanggal, 13 Oktober 1945 terdapat kejadian:
Tentara Inggris mulai menduduki kota Padang, Medan, dan Bandung.

Tanggal, 15 Oktober 1945 terjadi kejadian:
Pertempuran hebat pemuda-pemuda Semarang melawan Kido Butai Jepang selama 5 hari.

Tanggal, 23 Oktober 1945 terdapat kejadian:
Pertempuran antara Van Mook dengan pembesar-pembesar Republik Indonesia.

Tanggal, 25 Oktober 1945 terdapat kejadian:
Badan Pengurus KNIP mengadakan rapat lengkat di Jakarta, di bawah pimpinan Sutan Syahrir.
Presiden Sukarno mengadakan pertemuan dengan Jendral Christison mengenai permasalahan keamanan.

Tanggal, 28 Oktober 1945 terjadi kejadian:
Rakyat Surabaya bertempur mati-matian melawan tentara Inggris.
Jendral Mallaby hilang dalam pertempuran.

Tanggal, 31 Oktober 1945 terdapat kejadian:
Pertempuran melawan Inggris/NICA di Magelang dimulai.