MASUKNYA ISLAM DI TASIKMALAYA
Mengenai masuknya Islam di Tasikmalaya,
selama ini kita berpegang kepada teori lama yg menyatakan, bahwa proses
islamisasi di Tasikmalaya melalui arus selatan utara. Artinya islam datang
berasal dari selatan dengan pusatnya di daerah pamijahan, dan tokohnya adalah
waliyullah Syekh Abdul Muhyi. Proses islamisasi arus selatan utara tersebut, terjadi
sekitar awal abad ke-17.
Sekarang ini muncul teori baru yg
menyatakan, bahwa proses islamisasi Tasikmalaya terjadi melalui arus timur barat.
Artinya islam di Tasikmalaya datang berasal dari wilayah timur, yaitu dari
daerah Cineam. Dan ini terjadi lebih awal dari proses islamisasi arus selatan
utara.
Teori arus timur barat, berpijak kepada
beberapa bukti yang ditemukan di daerah Cineam sekarang ini. Di daerah Cineam sekitar akhir abad ke-16,
berdiri kedaleman Nagaratengah sebagai pecahan dari kerajaan Galuh. Saat itu, di
kedaleman Nagaratengah muncul ulama kedaleman dikenal dengan nama Kiai Zaenudin
atau masyarakat menyebutnya Kiai Malang Gedang.
Kiai Zaenudin melakukan penggodogan
terhadap santri-santrinya, berpusat di sebelah timur pusat pemerintahan kedaleman
nagaratengah. Tepatnya di daerah kampung Mekarsari, desa Nagaratengah,
kecamatan Cineam sekarang.
Mengenai Kiai Zaenudin, beliau adalah asli Sumedang dan berguru islam di cirebon, sekitar pertengahan abad ke-16. Beliau
diutus oleh gurunya untuk menyebarkan islam di wilayah galuh, tepatnya di
kedaleman Nagaratengah. Setelah islam diajarkan dan warga sangat
tertarik untuk menjadikan islam sebagai pegangan dan pedoman hidupnya.
Dipenghujung abad ke-16, warga kedaleman
mayoritas sudah memeluk islam. Perlu diketahui,
wilayah kedaleman ketika itu meliputi, sebelah timur batasnya sungai Cijolang, sebelah selatan batasnya laut Cipatujah, sebelah utara batasnya sungai Citanduy dan
disebelah barat berbatasan dengan daerah Cisangkir, Cibeureum yg ketika itu
kedua daerah tersebut masuk ke kedaleman Sumedang.
Dengan tidak meminimalkan peran proses
islamisasi arus selatan utara, pada kesempatan tulisan ini, penulis berasumsi,
bahwa proses islamisasi arus timur barat di Tasikmalaya terjadi lebih awal.
Pendapat ini berlandaskan kepada angka tahun kemunculan islam di timur
lebih awal jika dibandingkan dengan di selatan.
Kalau di selatan islam muncul ada di bawah
komando Kesultanan Mataran. Sedang kemunculan islam di timur Tasikmalaya, ada
di bawah komando Kesultanan Cirebon. Dan perlu diketahui, bahwa Kesultanan Cirebon terbentuk lebih awal bila dibandingkan dengan Kesultanan Mataram.
Berdasar kepada bukti-bukti tersebut,
sangat dimungkinkan, bahwa proses islamisasi di Tasikmalaya terjadi dari dua
arah yang berbeda, dan dalam kurun waktu yg berbeda pula. Yang sangat menarik,
kedua tokoh islam tersebut keduanya menyebarkan islam dengan penuh kedamaian, kendati
tantangan yang dihadapi demikian beratnya. Sebab, masyarakat setempat yg
berkeyakinan Hindu Budha dan Sunda Wiwitan, tidak begitu mudahnya menerima
islam sebagai agamanya.
Penutup:
Proses islamisasi di Tasikmalaya, dilakukan
dari dua arah. Periode awal islamisasi terjadi dari arus timur, yang dipimpin
oleh Kiai Zaenudin atau populer oleh warga disebut Kiai Malang Gedang. Dan
periode kedua berasal dari arus selatan di bawah komando waliyullah Syekh Abdul
Muhyi yg berkonsentrasi di Gua
Safarwadi Pamijahan.
Bagaimanapun, hasil penelitian ini perlu
ditindaklanjuti secara serius dan berkelanjutan.
Nara Sumber :
Sejarawan sekaligus Dosen di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Siliwangi di Tasikmalaya.
0 comments:
Post a Comment